Bali kerap disebut sebagai pulau air suci karena banyaknya mata air suci yang tak terhitung jumlahnya, dan digunakan dalam ritual penyucian tubuh untuk membersihkan fisik, emosional dan spiritual. Dimana air mengalir, disitu kehidupan berkembang, begitupun dengan panen yang berlimpah dan masyarakat berkembang dengan pesat.
Air di Bali mengalir melalui 400 sungai menuju lautan. Faktanya, di antara pantai, sungai dan danau terdapat 3.500 ribu kilometer aliran air dengan lebih dari 90% penduduk tinggal dalam radius 1 kilometer dari sungai.
Namun tahun lalu, 33 ribu ton sampah plastik menyusuri saluran air ini ke sungai dan laut, mencemari ekosistem laut bali yang rentan. 33 ribu ton per tahun sama dengan 90 ton per hari, atau setara dengan berat 13 gajah Afrika.
Platform ini didedikasikan untuk berbagi tentang bagaimana, mengapa dan di mana hal ini terjadi, berdasarkan penelitian lapangan yang ekstensif dan pemodelan inovatif oleh tim dari Kelompok Kerja (Pokja) Persampahan Gubernur Bali, Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup (DKLH) Provinsi Bali, Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana, Universitas Leeds, Asosiasi Sampah Padat Internasional (ISWA) dan SYSTEMIQ pada tahun 2019, dengan tujuan utama untuk mendukung tujuan Gubernur Bali dalam memimpin upaya Indonesia mengurangi 70% sampah plastik laut hingga tahun 2025 yang sejalan dengan komitmen Presiden.