Tentang Platform Bali Partnership

About

Tentang Platform Bali Partnership

Bali kerap disebut sebagai pulau air suci karena banyaknya mata air suci yang tak terhitung jumlahnya, dan digunakan dalam ritual penyucian tubuh untuk membersihkan fisik, emosional dan spiritual. Dimana air mengalir, disitu kehidupan berkembang, begitupun dengan panen yang berlimpah dan masyarakat berkembang dengan pesat.

Air di Bali mengalir melalui 400 sungai menuju lautan. Faktanya, di antara pantai, sungai dan danau terdapat 3.500 ribu kilometer aliran air dengan lebih dari 90% penduduk tinggal dalam radius 1 kilometer dari sungai.

Namun tahun lalu, 33 ribu ton sampah plastik menyusuri saluran air ini ke sungai dan laut, mencemari ekosistem laut bali yang rentan. 33 ribu ton per tahun sama dengan 90 ton per hari, atau setara dengan berat 13 gajah Afrika.

Platform ini didedikasikan untuk berbagi tentang bagaimana, mengapa dan di mana hal ini terjadi, berdasarkan penelitian lapangan yang ekstensif dan pemodelan inovatif oleh tim dari Kelompok Kerja (Pokja) Persampahan Gubernur Bali, Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup (DKLH) Provinsi Bali, Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana, Universitas Leeds, Asosiasi Sampah Padat Internasional (ISWA) dan SYSTEMIQ pada tahun 2019, dengan tujuan utama untuk mendukung tujuan Gubernur Bali dalam memimpin upaya Indonesia mengurangi 70% sampah plastik laut hingga tahun 2025 yang sejalan dengan komitmen Presiden.

Traditional Bali boat at sunrise
Plastic Waste

Poin-poin utama dari hasil kajian

303.000 ton

Penduduk Bali, wisatawan dan organisasi menghasilkan 1,6 juta ton sampah per tahun, di mana 303.000 ton adalah plastik (19,6% dari total sampah).

33.000 ton

33.000 ton plastik bocor ke saluran air dari Bali setiap tahunnya (11% dari total sampah plastik).

~48%

Sekitar 48% sampah di Bali dikelola secara bertanggung jawab melalui daur ulang atau dikumpulkan, diproses dandibuang ke TPA. Namun, jumlah signifikan dari sampah yang terkumpul tidak pernah sampai ke fasilitas daur ulang atau salah satu dari 10 tempat pembuangan sampah resmi di Bali.

7%

7% sampah plastik di Bali dikumpulkan untuk di daur ulang, di mana 20% rumah tangga memanfaatkan sektor informal untuk mendaur ulang sampah mereka, dan 6% rumah tangga menggunakan fasilitas bank sampah.

13%

16 juta wisatawan yang berkunjung ke Bali (6 juta wisatawan internasional dan 10 juta wisatawan domestik) menghasilkan 3,5x lebih banyak sampah per hari daripada penduduk setempat, dan menyumbang 13% dari total sampah di Bali.

87%

Masyarakat di Bali siap dengan perubahan: 87% bersedia untuk memilah sampah dan siap melakukan upaya pengurangan, penggunaan kembali dan daur ulang (reduce, reuse and recycle).

15 = 44% kebocoran

Upaya terfokus untuk mengatasi tantangan pada sektor persampahan di 15 dari 57 kecamatan di Bali, akan mengurangi kebocoran sampah plastik laut sebesar 44%.

>400

Lebih dari 400 masyarakat, sektor swasta, pemerintah, organisasi kebudayaan dan keagamaan aktif dalam kegiatan bersih-bersih, pendidikan, pengumpulan sampah, dan daur ulang.

Bird on branch
Bali riverbed polluted with waste and rubbish

Deskripsi Metodologi

Penelitian dilakukan dengan melalui pengumpulan data primer dan sekunder melalui beberapa metdologi dan diaplikasikan pada Kalkulator Polusi Plastik (Plastic Pollution Calculator), yang dikembangkan oleh ISWA dan Universitas Leeds.

Survey perilaku sampah rumah tangga: survei dilakukan terhadap 949 rumah tangga di 9 Kabupaten/Kota di Bali, baik di wilayah pedesaan maupun perkotaan, untuk memahami perilaku dan persepsi mengenai isu sampah saat ini.

Survey timbulan sampah dan karakterisasi sampah: sebanyak 234 survey telah dilakukan untuk memperkirakan jumlah timbulan sampah, kepadatan dan karakterisasi sampah, termasuk:

  • 189 rumah tangga – 21 rumah tangga di 9 kabupaten/kota dengan 7 rumah tangga yang mewakili setiap tingkat pendapatan (rendah, sedang, tinggi), telah di survei selama 8 hari berturut
  • 27 sekolah telah di survei selama 8 hari berturut di 9 kabupaten/kota
  • 18 kantor telah di survei selama 8 hari berturut di 9 kabupaten/kota

Pemantauan TPA: masing-masing dari 10 TPA resmi di Bali telah di pantau dengan bantuan instansi pemerintah (Dinas Lingkungan Hidup) selama 8 hari berturut. Sumber sampah (kecamatan), jenis kendaraan pengangkut dan volume sampah yang diterima oleh masing-masing TPA setiap harinya (kepadatan yang digunakan = 0,25 ton / m3) telah diindentifikasi.

Selain itu, berbagai wawancara dengan Dinas Lingkungan Hidup dan pejabat pemerintah lainnya, organisasi non-pemerintah, sektor swasta, asosiasi, sektor daur ulang informal, dan individu kunci telah dilakukan.

1 Metodologi Standar Nasional Indonesia (SNI) telah digunakan dalam melakukan survei.

  • Perencanaan Teknik dan Manajemen Persampahan (PTMP) dari 9 Kabupaten di Bali telah ditinjau dan dianalisis. Data PTMP tersebut digunakan dan dianalisis dengan teliti berdasarkan pengambilan sampling dari data primer.
  • Hasil penelitian I Made Wahyu Widyarsana dan Enri Damanhuri (Institut Teknologi Bandung/ITB): Sistem Pengelolaan Sampah di Bali, ITB Press, 2018, menjadi rujukan dalam penelitian ini, termasuk temuan mengenai timbulan sampah rumah tangga.
  • Kabupaten Dalam Angka 2018 (Badan Pusat Statistik) dari 9 Kabupaten/kota di Bali
  • Peta tematik dari pemerintah
  • Penggunaan data lahan, kemiringan, ketinggian, sungai abadi dan non-abadi, serta data curah hujan telah digabungkan untuk bagian Daerah Aliran Sungai dan memperkirakan sungai-sungai dengan beban sampah plastik tertinggi.
  • Sektor pariwisata telah di analisa termasuk jumlah hotel, tingkat hunian, statistik wisatawan domestik dan internasional dari Dinas Pariwisata dan sampah plastik yang dihasilkan di lokasi pariwisata yang dikenal (misalkan di Monkey Forest, Ubud)
Female portrait

Kontributor Penelitian

Peta Persampahan Bali merupakan hasil penelitian selama lima bulan oleh Bali Partnership, bekerja sama dengan tim dari Kelompok Kerja (Pokja) Persampahan Gubernur Bali dan Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup (DKLH), Universitas Udayana, Universitas Leeds, Asosiasi Sampah Padat Internasional (International Solid Waste Association/ISWA), dan SYSTEMIQ, serta sembilan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota di Bali.

Informasi dalam platform ini disiapkan oleh SYSTEMIQ. Meskipun informasi yang disediakan dapat diandalkan dari sumber-sumber publik yang diyakini dan diperoleh dari metodologi yang dijelaskan di atas, SYSTEMIQ tidak merepresentasi keakuratan dan kelengkapannya.

Penelitian dilakukan dengan melalui pengumpulan data primer dan sekunder melalui beberapa metdologi dan diaplikasikan pada Kalkulator Polusi Plastik (Plastic Pollution Calculator), yang dikembangkan oleh ISWA dan Universitas Leeds.

Data primer dikumpulkan oleh Universitas Udayana di Bali dan SYSTEMIQ, dengan dukungan dari DLHK Bali.

The Bali Partnership team would like to thank you the Norwegian Ministry of Foreign Affairs which funded the study. The content is solely the responsibility of the Bali Partnership team and does not necessarily represent the official views of the Norwegian Government.

Kontributor